Minggu, Juni 24, 2012

B2w : what on earth is that?



“Dan mimpinya mengajak para biker yang sedang populer di Indonesia untuk tidak hanya bike to work tapi juga bike for public health.” (Cerpen “Cafe Kharqar” dalam buku KumCer “Perempuan Kopi” halm. 119)

“Aku sudah keep contact dengan beberapa perkumpulan biker di Makassar, Kupang, dan Jayapura. ... Dan penambahan kapasitas isu kesehatan masyarakat pada komunitas ini, saatnya para biker akan menjadi relawan kesehatan masyarakat.” (Cerpen “Cafe Kharqar” dalam buku KumCer “Perempuan Kopi” halm. 120)

Aku hanya bisa menyalahkan diri ketika membaca cerpen ini SETELAH menghadiri acara bincang-bincang buku besutan Dewi Nova ini. Jelas terlihat kesalahan memandang dan memahami istilah ‘bike to work’. If only I had read if before attending the Book Discussion, I could have asked DN to explain what she meant by those statements in her short story, “mengajak para biker untuk bike for public health, tidak hanya bike to work.”

Bagi para simpatisan bike to work yang mungkin rajin atau pun hanya sesekali berkunjung ke web b2w Indonesia di B2w Indonesia mungkin pernah membaca postingan Om Poetoet yang diberi judul “Kelirumologi @ b2w-indonesia”. Salah satu point yang dibahas adalah bahwa b2w-Indonesia dianggap sebagai sebuah klub sepeda. Jika kuhubungkan dengan kalimat DN di atas, para “anggota” klub b2w hanya peduli pada bike to work? Dan tidak peduli bike for public health?

B2w bukanlah sebuah klub sepeda; klub biasanya bersifat eksklusif dimana ada ‘prosedur tertentu’ yang harus dilalui oleh seseorang untuk bergabung menjadi anggota. ‘Gerakan’ b2w sebenarnya lebih mengacu ke gerakan moral yang tujuannya adalah ‘menyepedakan masyarakat’ dalam kegiatan mereka sehari-hari. Istilah b2w tidak secara eksklusif berarti ‘bersepeda ke kantor’ – di ‘bawah’ b2w, kita juga memiliki b2c alias bike to campus dan b2s alias bike to school untuk menampung para siswa atau pun mahasiswa yang ingin bergabung dengan b2w namun mungkin merasa bahwa going to school maupun going to campus itu tidak sama dengan going to work.

Maka b2w berarti bersepeda kemana pun kita pergi dalam melaksanakan aktifitas harian kita, tidak hanya bersepeda ke kantor, ke sekolah, maupun ke kampus. Ketika aku naik sepeda ke rumah sakit menengok keponakanku, atau pun ke toko buku, ke rumah makan, dll, semua kegiatan itu – selama aku tetap naik sepeda – bisa diakukan sebagai kegiatan b2w.

RELAWAN

Berbicara tentang relawan, semua ‘pengurus’ di komunitas b2w mana pun adalah relawan. Ketika kita mengadakan event apa pun, tak satu pun dari kita mendapatkan bayaran, keluar duit dari kantong pribadi jelas mungkin banget. ‘Bayaran’ yang mungkin setimpal adalah mendapatkan kepuasan berkumpul bersama para simpatisan b2w, mendapatkan teman yang lebih banyak, mereka yang care pada lingkungan.

Relawan kesehatan masyarakat? (seperti yang ditulis oleh DN dalam cerpennya)
Ini berarti mereka yang bekerja untuk kesehatan masyarakat melakukannya dengan bersepeda. :)
 
Dalam kesimpulan tulisannya Om Poetoet menulis bahwa b2w adalah gerakan moral yang lahir dari keprihatinan akan kemacetan, pemborosan energi dan meningkatnya polusi yang akan berakibat pada degradasi kecerdasan dan mental manusia. Jika ‘keprihatinan akan kemacetan’ ditulis di urutan pertama tentu karena Om Poetoet bertempat tinggal di daerah yang tingkat kemacetannya cukup tinggi. Aku tinggal di Semarang yang macetnya tak seberapa sehingga aku tidak menempatkan masalah kemacetan pada alasan pertama untuk berbike-to-work, melainkan mengurangi ketergantungan pada BBM.

Dikarenakan b2w merupakan gerakan moral – meski memiliki struktur organisasi untuk memudahkan melaksanakan event-event untuk lebih memasyarakatkan b2w ketika meminta sponsor ke instansi-instansi terkait misalnya – maka keanggotaan pun bersifat cair. Tak ada syarat tertentu yang HARUS dilakukan oleh seseorang jika dia ingin bergabung bersama Komunitas b2w. Jika di awal berdirinya b2w Semarang dulu ada penjualan starter pack – berisi bike tag dan sticker – itu hanya dalam rangka mencari dana untuk melakukan beberapa event yang pernah kita adakan.

Siapa pun yang peduli pada lingkungan dengan mengurangi ketergantungan pada penggunaan kendaraan bermotor dan menggunakan sepeda sebagai moda transportasi dalam kegiatan sehari-hari – yang artinya bersepeda tidak hanya karena ada event funbike maupun bersepeda di akhir pekan saja  -- bisa dikategorikan sebagai seorang bike-to-worker, tidak penting apakah dia menggantungkan bike tag atau tidak di bawah sadel sepedanya. :)
 
Mari bersepeda kawan, demi kesehatan pribadi maupun kesehatan masyarakat, demi menghemat penggunaan BBM untuk kelangsungan hidup anak cucu kita di masa datang, agar bumi kian hijau.

Salam gowes forever!
Nana Podungge
Praktisi b2w
PT56 22.30 240612

Tulisan Om Poetoet bisa dibaca di link ini. :) 

Beberapa komen yang muncul di lapak sebelah, yang harus kuungsikan kesini. 

orangjava wrote on Jun 25
Kalau disini artinya sepeda motoran....
kalau bersepedahan disini FF Fahrradfahrer....
afemaleguest wrote on Jun 25
orangjava said
Kalau disini artinya sepeda motoran....
kalau bersepedahan disini FF Fahrradfahrer....
kata 'biker' memang sebenarnya lebih mengacu ke mereka yg naik motor besar, sebangsa HD, tapi kalo istilah bike-to-work ya berarti mereka yang naik sepeda (bukan motor) ke tempat mereka beraktifitas
martoart wrote on Jun 25
ya, kenapa g pake istilah cyclist? lebih satu arti. dan deket dengan 'Sikil' alat utama manusia biar sepeda bisa gerak.
afemaleguest wrote on Jun 25
martoart said
ya, kenapa g pake istilah cyclist? lebih satu arti. dan deket dengan 'Sikil' alat utama manusia biar sepeda bisa gerak.
istilah 'bike-to-work' nampaknya adalah istilah yang telah mendunia Kang, yang memang dimaksudkan ke mereka yang bersepeda ke tempat mereka beraktifitas. para praktisi bike-to-work, sepertiku, biasanya disebut sebagai 'b2wer' alias bike-to-worker

dari sini saja bisa dikatakan bahwa apa yang ditulis oleh Dewi Nova (beberapa kalimat yang kukutip dari cerpen DN) itu sudah salah, karena dia menyebut 'biker'.

aku lebih menggunakan istilah 'b2wer, atau cyclist untuk diri sendiri.
onit wrote on Jun 25
mbak.. aku bbrp hari yg lalu pas lagi nyepeda ke kantor ada motor di depanku yg ngegas2 gitu.. uhuk uhuk batuk berat.. dah gitu dia kayak sengajain pelan2 (biasa di sini anak 16thn baru boleh naik motor jadi suka show off) di depanku.. dan aku terus uhuk2..

jadi bayangin.. kalo nyepeda di semarang (dan kota2 lain tentunya) motor yg pelan2 di depan kita kan gak cuma satu, tapi banyak.. mbak nana udah terbiasa kah?
afemaleguest wrote on Jun 25
onit said
mbak.. aku bbrp hari yg lalu pas lagi nyepeda ke kantor ada motor di depanku yg ngegas2 gitu.. uhuk uhuk batuk berat.. dah gitu dia kayak sengajain pelan2 (biasa di sini anak 16thn baru boleh naik motor jadi suka show off) di depanku.. dan aku terus uhuk2..

jadi bayangin.. kalo nyepeda di semarang (dan kota2 lain tentunya) motor yg pelan2 di depan kita kan gak cuma satu, tapi banyak.. mbak nana udah terbiasa kah?
Onit,
kalau perjalanan jauh -- misal antar kota -- aku memang selalu menggunakan masker, tapi kalau hanya ke kantor, engga sih. dan so far, aku oke-oke aja tuh, ga sampe uhuk-uhuk.

catatan, jika harus berhenti di traffic light, aku akan berada di depan baris terdepan, jadi ga perlu menghirup asap yang keluar dari knalpot
onit wrote on Jun 25

Mari bersepeda kawan, demi kesehatan pribadi maupun kesehatan masyarakat, demi menghemat penggunaan BBM
maunya ngutip ini hehe.. utk komenku sblmnya..

krn gimana kalo mau sehat tapi banyak polusi?

ada masker kah?
afemaleguest wrote on Jun 25
onit said
maunya ngutip ini hehe.. utk komenku sblmnya..

krn gimana kalo mau sehat tapi banyak polusi?

ada masker kah?
yang aku maksud sebagai 'kesehatan pribadi dan kesehatan masyarakat' memang masih utopis, yakni ketika lebih banyak orang yang bersepeda dari pada naik kendaraan bermotor.

tapi aku pernah membaca tulisan seorang dokter yang mengatakan meski kita menghirup udara yang terpolusi, namun karena di jalan kita terus bergerak, maka udara yang masuk ke jantung pun terfilter dengan sendirinya. :)
rembulanku wrote on Jun 25
lanjot terus mbak Nana :D
ga juga fun tapi menyehatkan
bukan cuman buat b2wer thok tapi juga buat yang lain
*pan ga pake polusi* hehehhe
afemaleguest wrote on Jun 26
lanjot terus mbak Nana :D
ga juga fun tapi menyehatkan
bukan cuman buat b2wer thok tapi juga buat yang lain
*pan ga pake polusi* hehehhe
hari-hari terakhir ini keponakanku masuk rumah sakit, aku njenguk setiap hari naik sepeda, ternyata gratis ga bayar parkir, lha kalo parkir sepeda motor, satu jam seribu rupiah je, padahal aku nungguin adikku -- yang nungguin anaknya -- sehari bisa sepuluh jam, lumayan ngirit sepuluh ribu rupiah sehari

hehehehe
onit wrote on Jun 26
hari-hari terakhir ini keponakanku masuk rumah sakit, aku njenguk setiap hari naik sepeda, ternyata gratis ga bayar parkir, lha kalo parkir sepeda motor, satu jam seribu rupiah je, padahal aku nungguin adikku -- yang nungguin anaknya -- sehari bisa sepuluh jam, lumayan ngirit sepuluh ribu rupiah sehari

hehehehe
hehe.. di mana2 parkir sepeda gratis ya mbak..
di sini juga, biarpun sepeda udah bejibun bun bun.. tetep aja gratis. bahkan yg pake secure lock pun. di pusat kota pun gratis.. sementara parkir mobil mahal bgt, 10euro itu belum seharian lho -_-;;

yg bayar cuma locker sepeda di stasiun, buat org yg bener2 pengen merasa aman dari pencurian. jadi kayak lemari2 gede gitu, ada kuncinya, sepedanya dimasukin. tapi maklum lah bayar. kan locker koper/tas juga pada bayar :)
afemaleguest wrote on Jun 27
onit said
hehe.. di mana2 parkir sepeda gratis ya mbak..
di sini juga, biarpun sepeda udah bejibun bun bun.. tetep aja gratis. bahkan yg pake secure lock pun. di pusat kota pun gratis.. sementara parkir mobil mahal bgt, 10euro itu belum seharian lho -_-;;

yg bayar cuma locker sepeda di stasiun, buat org yg bener2 pengen merasa aman dari pencurian. jadi kayak lemari2 gede gitu, ada kuncinya, sepedanya dimasukin. tapi maklum lah bayar. kan locker koper/tas juga pada bayar :)
engga semua gratis sih, misal ke Gramed Pandanaran, Supermarket ADA, tetap bayar :)

tapi itu ide bagus juga jika memberlakukan parkir mobil mahal banget, biar orang berpikir dua kali untuk naik mobil ke tempat-tempat umum, meski mungkin ga akan terlalu ngaruh :) secara, orang yang naik mobil kan biasanya kaya, ga keberatan kali bayar parkir mahal, hehehe ...

btw, sebenarnya para cyclist sepertiku ga keberatan sih bayar parkir, asal perlakuannya pun oke. kadang karena kita parkir ga bayar, para tukang parkir sok banget, memperlakukan kita seenak udelnya sendiri :'(
onit wrote on Jun 27
btw, sebenarnya para cyclist sepertiku ga keberatan sih bayar parkir, asal perlakuannya pun oke. kadang karena kita parkir ga bayar, para tukang parkir sok banget, memperlakukan kita seenak udelnya sendiri :'(
*manggut2* memperlakukannya gimana? contoh?

iya sih di sini gak ada tukang parkir. yg ada cuma satpam yg tugasnya menjaga dari maling aja..
afemaleguest wrote on Jun 27
contoh:
beberapa tahun yg lalu pertama kali aku ke ADA naik sepeda, waktu masuk tempat parkir, dengan ketus si tukang parkir bilang, "sepeda ga boleh masuk! taruh saja di situ!'" sambil nunjuk satu tempat yg tidak buat parkir.

beberapa minggu/bulan kemudian aku ke ADA lagi naik sepeda, kali ini si tukang parkir dengan nada ketus bilang, "kalau mau masuk tempat parkir, harus bayar!"

"ya iyalah aku juga mau bayar!" jawabku.

kemudian si tukang parkir tiba2 menjadi ramah.

:-D
onit wrote on Jun 27
"ya iyalah aku juga mau bayar!" jawabku.

kemudian si tukang parkir tiba2 menjadi ramah.

:-D
huehehe.. ntar kalo ada yg ke situ pake sepeda harga 15jt gimana yak? :p
afemaleguest wrote on Jun 28
menurutku masih banyak orang ga tahu kalo harga sepeda bisa lebih mahal dari motor bahkan mobil
hahaha

Rabu, Juni 20, 2012

LAPORAN SARASEHAN B2W INDONESIA Korwil DIY Jateng 16-17 JUNI 2012

 
foto bersama di ruang rapat 1 Kabupaten Jepara

LAPORAN SARASEHAN B2W INDONESIA 16-17 JUNI 2012

Tema: Menuju Terciptanya Kualitas Hidup yang Lebih Baik dengan Bersepeda

Setelah berhasil mengumpulkan beberapa koordinator wilayah b2w Jateng dan DIY pada tahun 2011 di Jogja, tahun ini b2w Indonesia mengadakan gathering lagi. Kali ini yang ‘ketiban sampur’ sebagai tuan rumah adalah komunitas b2w Jepara yang katanya usianya masih sangat muda. Meskipun masih sangat muda usia, penyambutannya sungguh luar biasa. Beberapa korwil b2w yang mengirim wakilnya ke Bumi Kartini misalnya Kudus, Semarang, Ungaran, Pemalang, Blora, Solo dan Jogja. Sayang ada beberapa kota di Jawa Tengah yang sudah memiliki komunitas b2w belum atau tidak sempat mengirimkan wakilnya, misal Salatiga dan Batang.

Sabtu 16 Juni 2012

Acara dimulai mungkin sekitar pukul 14.00 setelah makan siang. Setelah pembukaan, Bapak Fatkurrahman – Ketua 1 b2w korwil Jepara – memberikan sambutan. Dia menjelaskan bahwa komunitas b2w Jepara didirikan dengan mengumpulkan klub-klub sepeda yang telah ada di Jepara. Para anggota klub-klub sepeda tersebut setuju untuk bersama-sama mendirikan komunitas b2w korwil Jepara. Berbeda dengan sejarah berdirinya b2w Semarang, yang dimulai dari berkumpulnya beberapa gelintir orang yang concerned atas mahalnya harga BBM dan polusi udara. Sebagian kebetulan memang punya hobi bersepeda, sebagian yang lain – misalnya aku – karena panggilan jiwa demi lingkungan yang lebih sehat.

Acara berikutnya adalah diskusi panel yang dibagi menjadi dua sesi. Yang pertama paparan dari Om Poetoet sebagai wakil dari b2w pusat dan dimoderatori oleh Pakde Jimo. Sesi kedua diisi dengan diskusi para peserta sarasehan yang dibagi menjadi tiga kelompok.

Om Poetoet menyampaikan bahwa pada bulan Juli 2012 b2w pusat akan mengadakan pemilihan pengurus baru dimana masing-masing korwil ikut dilibatkan dengan mengirimkan satu suara. Sedangkan tujuan diskusi panel adalah mencari cara untuk “menuju terciptanya kualitas hidup yang lebih baik dengan bersepeda”.

Dalam paparannya, Om Poetoet menjelaskan pentingnya ‘comprehensive strategic management’ untuk organisasi dan perlunya mensinkronkan kemampuan organisasi dan kenyataan. Berikut ini adalah analisis SWOT b2w Indonesia:

STRENGTH: di Indonesia telah ada komunitas b2w di 149 kota yang tersebar di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dll.

WEAKNESS: dari semua komunitas b2w di 149 korwil kita memiliki anggota dengan keberagaman latar belakang, selain itu juga masalah sukarelawan untuk terus terlibat dalam kegiatan organisasi

OPPORTUNITY:
  1. Isu yang dibawa oleh b2w adalah isu yang selalu hangat, yakni polusi udara, hemat penggunaan bahan bakar minyak, kemacetan (terutama di kota-kota besar) serta bagaimana melestarikan lingkungan hijau
  2. Isu b2w (baca รจ bersepeda dalam kegiatan sehari-hari, tidak hanya ke kantor semata) merupakan isu global di banyak negara, tidak hanya di Indonesia
  3. Masyarakat mulai perhatian pada isu kesehatan di tengah tingginya biaya hidup
  4. UU no. 22 tahun 2009
THREAT:
  1. Aktifitas oknum “tukang sapu” yang menyulitkan gerakan b2w Indonesia (alias para ‘pembonceng’ ilegal  yang menggunakan nama b2w Indonesia demi kepentingan organisasi pribadi)
  2. Kebijakan hemat energi dan pembatasan kendaraan masih dalam tataran wacana
  3. Infrastruktur pendukung transportasi alternatif masih sangat minim
Usai Om Poetoet memaparkan SWOT b2w, kita beristirahat sejenak, coffee break. Sesi kedua, peserta dibagi menjadi tiga kelompok. Kebetulan aku termasuk kelompok dua, dimana anggotanya adalah aku (Semarang), Ranz (Solo), Cipluk (Kudus), dan tujuh anggota lain berdomisili di Jepara. Dalam diskusi, untuk menuju kualitas hidup yang lebih baik dengan bersepeda, kita berbincang untuk menemukan tiga hal yang akan disampaikan kepada b2w pusat.

CAMPAIGN:

Bagaimana kita bisa mengkampanyekan ‘hidup sehat dengan bersepeda’ agar kualitas hidup kita lebih baik? Kita sendiri tentu lah harus menjadi pelopor. Kita harus bersepeda untuk menjadi contoh bagi lingkungan kita. Setelah itu, barulah kita bisa berusaha untuk mengajak orang lain untuk ikutan bersepeda, dengan menyampaikan manfaat bersepeda. Beberapa peserta diskusi kelompok 2 bercerita bahwa kegiatan bersepeda mereka terbukti mampu menanggulangi – atau paling tidak mengurangi dampak negatif – beberapa penyakit, misal asam urat, sesak nafas, bahkan juga diabetes.

SOCIAL:

Kadang ketika kita mengajak orang lain untuk bersepeda, mereka memiliki alasan untuk menolak. Misal: tidak punya sepeda. Untuk alasan ini, kita bisa meminjamkan sepeda kita (tentu saja hanya berlaku untuk mereka yang memiliki sepeda lebih dari satu di rumah).  Alasan lain mungkin teman kita beralasan bahwa mereka memiliki sepeda namun telah tak layak pakai karena telah lama ‘ndongkrok’ di rumah. Maka, perbaikilah sepeda itu, dengan harapan jika kita memberikan servis gratis, teman kita akan bersemangat ikut bersepeda.

Atau berikanlah bike tag gratis. Di Semarang, beberapa tahun lalu, ketika kita kampanye, kita mengadakan event gowes bareng dengan komunitas lain – Semarang Onthel Community (SOC) dan Semarang Low Rider Community (SLOWLY) – dan kita bagi-bagi bike tag gratis. Pengalaman pribadiku ketika awal-awal bersepeda ke kantor, aku merasa ‘gagah’ dengan adanya bike tag ‘b2w bersepeda ke kantor’. (maklum, masih kena penyakit ‘ja-im’ waktu itu. Hihihi ...) Merasa layak menyandang predikat ‘pahlawan lingkungan. LOL. Maka bagi-bagi bike tag gratis ini – dan langsung kita pasangkan – menjadi acara yang sangat menyenangkan, bagi yang membagi, maupun yang menerima. Jika bike tag ini menambah semangat orang untuk bersepeda, why not? :)

EDUCATION:

Naik sepeda sebenarnya tidak sulit dilakukan; bahkan anak kecil pun mampu melakukannya dengan mudah. Akan tetapi jika berbincang tentang endurance, maka ada beberapa hal yang harus kita perhatikan. Misal, kapan kita perlu memindah shifter, pada permukaan jalan yang seperti apa kita perlu memindah shifter agar kita tidak terlalu ngoyo ketika mengayuh pedal, pentingnya menentukan tinggi seat-post agar kayuhan tidak melelahkan bagi dengkul maupun betis, dll. Hal-hal ini bisa kita tularkan kepada rekan-rekan pesepeda yang lain ketika kita bersepeda bersama. Akan tetapi, meskipun ada hal-hal standard yang biasanya dipraktekkan oleh umumnya orang bersepeda, ketika kita bersepeda, tentu semua kembali ke cara seorang individu bersepeda, yang penting adalah cara ternyaman bagi dia sendiri tatkala mengayuh pedal.

Selain itu, tentu kita juga perlu mensosialisasikan ‘safety riding’ dalam bersepeda: mengenakan helm, menggunakan lampu ketika bersepeda di malam hari, sepeda dalam kondisi prima ketika dinaiki dan membawa peralatan yang mungkin diperlukan dalam perjalanan (apalagi jika menempuh perjalanan jarak jauh) serta tidak lupa mematuhi rambu lalu lintas yang ada.

Advokasi:

B2w Indonesia telah berhasil mengupayakan adanya UU no 22 tahun 2009 tentang pentingnya berbagi jalan dengan para pesepeda. Di masa datang, b2w Indonesia mengharapkan bahwa kita akan mampu meminta pemerintah untuk menyediakan fasilitas umum yang lebih baik dan aman bagi para pesepeda; misal jalur sepeda yang lebih merata di banyak daerah dan perlindungan terhadap pesepeda, pemerintah negara meminta para pengelola bisnis maupun kantor pemerintahan untuk menyediakan tempat parkir sepeda yang layak dan aman.

Sesi dua diskusi panel di Hotel Samodra ditutup pada pukul 17.30. Saat para peserta mandi dan beristirahat sejenak.
Pukul 19.00 rombongan peserta bersama-sama berangkat menuju pendopo Kabupaten Jepara untuk makan malam bersama bapak Bupati dan mendengarkan paparan potensi daerah wisata dan trek untuk bersepeda di Jepara. Pulau Karimun Jawa yang merupakan bagian dari Kabupaten Jepara memang memiliki potensi untuk menarik wisatawan baik dalam maupun luar negeri untuk menikmati keindahan pantai dan lautnya yang luar biasa, dan juga trek bersepeda yang mengasyikkan.

Usai mendengarkan paparan potensi daerah Jepara, acara dilanjutkan dengan mendengarkan hasil diskusi kelompok 1 dan 3 yang belum mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok mereka pada sesi dua di Hotel Samodra.

Acara hari Sabtu 16 Juni 2012 ditutup pada pukul 22.00, sesuai rencana, dengan foto bersama.

Minggu 17 Juni 2012

Hari kedua diisi dengan kegiatan bersepeda bersama Bapak Bupati beserta jajarannya. Semua peserta yang menginap di Hotel Samodra sudah harus meninggalkan hotel sekitar pukul 06.00 untuk bersama-sama menuju pendopo Kabupaten sebagai starting point.

Trek pilihan panitia lumayan mengasyikkan, tercatat kurang lebih sekitar 30 kilometer dengan permukaan jalan yang bervariasi, dataran, tanjakan dan turunan. Dari alun-alun kita menuju Krapyak – Mantingan – Tegalsambi – Platar – Teluk Awur (disini kita diberi waktu beberapa menit untuk mengambil gambar) – Stadion Gelora Bumi Kartini (disini kita mendapatkan minum dan roti pengganjal perut) – Sentra Patung Mulyoharjo – Pantai Bandengan – Pantai Kartini. Kita kembali ke hotel sekitar pukul 09.45 dan langsung disambut dengan menu ‘brunch’ yang enak-enak.

 
foto bersama di pinggir pantai Bandengan

Usai makan, masing-masing korwil diminta untuk memberikan pesan dan kesan yang didapatkan selama mengikuti gathering ‘sarasehan b2w Indonesia tahun 2012’. Bukan manusia hidup namanya jika tanpa kekurangan disana sini. Namun, in general, pelaksanaan gathering ini sangat menyenangkan. B2w Jepara yang dikomandani oleh Om Andang telah berusaha secara maksimal untuk menjamu rekan-rekan dari korwil lain.

Pukul 12.00 para peserta check out dan kembali ke kota masing-masing.

Sampai ketemu tahun depan, kawan pesepeda!

Nana Podungge
Sekretaris 1 b2w Semarang
PT56 12.00 200612

Rabu, Juni 13, 2012

S U N A T


SUNAT

Beberapa saat lalu saya membahas tentang ‘sunat’ di kelas Religious Studies. Untuk materi diskusi, saya mendownload dari http://www.bbc.co.uk/ethics/ Dengan sengaja saya memilih topik ini untuk memperkenalkan ide ‘sunat perempuan’ atau mutilasi genital perempuan kepada para siswa. Dan seperti yang saya perkirakan, anak-anak belum pernah tahu bahwa sunat perempuan, praktek yang mengerikan ini, telah menjadi suatu tradisi di beberapa suku bangsa di dunia.

SUNAT LAKI-LAKI

Memulai diskusi, kita berbincang tentang sunat laki-laki. Salah satu siswa laki-laki yang satu tahun lalu kembali pindah ke Indonesia – setelah tinggal di Amerika selama tujuh tahun – bercerita bahwa dia dan kakak laki-lakinya disunat setelah mereka kembali ke Indonesia. dia berusia sekitar 18 tahun, dengan alasan orangtuanya meyakinkannya bahwa sunat itu untuk kesehatannya sendiri. Dia percaya omongan orangtuanya bahwa penis yang disunat lebih higienis. Setelah disunat, dia sendiri merasa bahwa lebih mudah baginya untuk membersihkan penisnya daripada sebelumnya.

Seorang siswa laki-laki yang lain mengatakan bahwa dia tidak disunat karena ibunya tidak pernah berbincang tentang hal ini dengannya. Dia yakin jika memang sunat ini bagus untuk kesehatannya, ibunya tente telah mengajaknya berbincang tentang hal ini dan menawarinya apakah dia ingin disunat atau tidak. Statistik yang diberikan dalam artikel yang kita bahas di kelas – hanya sekitar 30% laki-laki di seluruh dunia disunat – menunjukkan bahwa memang sebenarnya sunat tidak begitu diperlukan, karena 70% laki-laki yang tidak disunat hidup baik-baik saja.

Dua siswa perempuan berbagi kisah tentang pengalaman kakak laki-laki mereka ketika disunat. Mereka bercerita bahwa sebelum disunat kakak laki-laki mereka telah membahas hal tersebut terlebih dahulu dengan orangtua, terutama ayah: sunat itu penting untuk kesehatan. Selain itu juga karena mereka percaya sunat itu wajib karena merupakan keharusan dalam agama.
Akan tetapi, ketika tahu bahwa hanya Genesis – atau kitab Kejadian Lama – yang memuat keharusan sunat dan bukan di kitab Kejadian Baru juga tidak di Alquran, anak-anak mulai berpikir bahwa sunat dilakukan di banyak daerah di belahan bumi ini dikarenakan alasan tradisi kebudayaan dan bukan karena instruksi agama.

SUNAT PEREMPUAN

Seperti yang tertulis di atas, benarlah bahwa para siswa di kelas saya belum pernah mendengar kisah tentang sunat perempuan sehingga mereka belum pernah menyadari keberadaan praktik berdarah yang tidak manusiawi ini. Orangtua mereka tidak pernah bercerita tentang hal ini. Mereka juga belum pernah mendengar hal ini dari orang lain. Karena dalam kitab Genesis /Kejadian Lama hanya berkisah tentang sunat untuk laki-laki – dan tak satu pun ayat dalam Kejeadian Baru maupun Alquran menyebut tentang sunat perempuan – kita menyimpulkan bahwa sunat perempuan --- atau mutilasi genital perempuan – dikarenakan oleh tradisi budaya tempat-tempat tertentu. Bukan merupakan tradisi keagamaan. (Paling tidak jika kita melihatnya dari sudut pandang ketiga agama Ibrahimi.)

“Mengapa disebutkan bahwa sunat perempuan itu sangat menyakitkan sedangkan sunat laki-laki tidak? Atau paling tidak tidak disebut begitu menyakitkan?” tanya seorang siswa ketika artikel yang kita bahas bersama menyebutkan bahwa sunat perempuan merupakan prosedur yang menyakitkan.

Sunat perempuan menyakitkan mungkin karena sebenarnya pada alat kelamin perempuan tak ada satu titik pun yang perlu dipotong, untuk alasan apa pun – misal untuk alasan higienis. Maka, jika tak ada alasan higienis atau pun keagamaan, mengapa masih banyak orang melakukannya?

Pemotongan alat kelamin ini dikenal secara meluas di budaya dan suku-suku bangsa Afrika. Pemotongan ini dianggap sebagai klimaks inisiasi, suatu proses penting yang harus dijalani baik oleh anak laki-laki maupun perempuan sebelum mereka dianggap dewasa di dalam komunitas mereka. Menurut mereka yang mendukung praktik ini, proses pemotongan alat kelamin perempuan memiliki keuntungan praktis dalam masyarakat yang harus hidup secara keras. Keberanian menghadapi pemotongan alat kelamin ini menunjukkan bahwa seorang perempuan terbukti kuat secara mental dan akan sanggup menghadapi segala tanggungjawab yang harus ditanggung oleh seorang perempuan dewasa. Meskipun begitu, wakil dari banyak negara di Afrika setiap tahun berkumpul setiap tahun untuk berdiskusi dan mencari jalan untuk menghentikan praktik yang tidak manusiawi ini karena mutilasi alat kelamin perempuan ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi perempuan dewasa maupun anak-anak. “Mutilasi ini merupakan prosedur yang sangat berbahaya dan tak mungkin bisa ditarik kembali dimana prosesnya berdampak negatif terhadap kesehatan, kemampuan mengandung, dan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan bagi perempuan,” kata Carol Bellamy, direktur eksekutif UNICEF pada tanggal 7 Februari 2005, hari tanpa toleransi terhadap mutilasi alat kelamin perempuan yang diperingati secara internasional.
Perempuan-perempuan di negara Afrika menjalani mutilasi alat kelamin biasanya pada usia yang masih sangat muda – sekitar enam tahun – sehingga hal ini berarti keputusan untuk menjalaninya ada pada orangtua mereka, dan bukan keputusan mereka sendiri. Para orangtua tersebut mungkin saja mengambil keputusan itu dikarena tekanan sosial dan anak-anak perempuan mereka tak bisa mengatakan “JANGAN’ terhadap orangtua meski di kemudian hari anak-anak itulah yang akan mendapatkan dampak negatif yang disebabkan oleh pemotongan alat kelamin mereka tersebut.

SUNAT PEREMPUAN DI INDONESIA

Meskipun praktik sunat perempuan di Indonesia tidak segencar di Afrika, kita tetap bisa mendapatkan praktik ini di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil walau sebenarnya pemerintah Indonesia telah melarang praktik sunat perempuan ini pada tahun 2006. Jika di Afrika, sunat perempuan dianggap sebagai klimaks inisiasi sebelum anak-anak perempuan itu memasuki masa dewasa, bagaimana dengan di Indonesia? artikel dalam link ini  menyatakan ada tiga alasan mengapa beberapa yayasan yang menyelenggarakan acara sunatan massal juga menyertakan sunat perempuan:

·         Sunat perempuan akan menstabilkan libido seorang perempuan
·         Sunat akan membuat seorang perempuan nampak lebih cantik di mata suaminya
·         Sunat akan menyeimbangkan psikologinya

Alasan pertama menguatkan apa yang dikatakan oleh para aktifis perempuan bahwa praktik ini sangat misoginis (membenci perempuan). Laki-laki yang tidak percaya diri dan lemah perlu melakukan sesuatu untuk menaklukkan nafsu seks perempuan. Maka, untuk membuat mereka terkesan digdaya dalam urusan ranjang, mereka harus menjinakkan perempuan terlebih dahulu. Selain melakukan hal yang berhubungan dengan fisik perempuan ini, mereka juga menciptakan prasyarat bagi seorang perempuan agar dianggap sebagai perempuan sejati: dia haruslah tak memiliki nafsu seksual yang liar.

Alasan kedua jelas merupakan alasan yang tidak masuk akal karena kriteria cantik itu berbeda dari satu orang ke orang lain. Sedangkan alasan ketiga sangat salah karena bahkan mutilasi alat kelamin pada diri perempuan ini memberikan dampak negatif secara fisik. Secara psikis, hal ini bisa menyebabkan seorang perempuan trauma seumur hidup, apalagi jika dilakukan oleh seseorang yang tidak ahli dan tidak menggunakan alat yang higienis.

Artikel yang sama melaporkan bahwa sunat perempuan di Indonesia dilakukan tidak seekstrim yang dilakukan di belahan bumi yang lain – terutama Afrika. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa sunat perempuan di Indonesia dilakukan hanya dengan menggosok atau menjepit ujung klitoris sampai setitik darah menetes, penelitian yang dilakukan oleh Dewan Populasi pada tahun 2003 menunjukkan bahwa 82% ibu-ibu yang menjadi saksi sunat anak-anak perempuan mereka  mengatakan bahwa sunat itu dilakukan dengan ada ‘pemotongan’. Artikel lain di link ini  menyatakan bahwa “meski prosedur di Indonesia tidaklah sekasar di negara-negara Afrika dan memotong lebih sedikit daging, prosedur ini tetaplah memberikan akibat kesehatan yang serius.”

Lebih lanjut lagi Laura Guarenti, seorang dokter kandungan dari WHO mengatakan, “Kenyataannya adalah bahwa jelas tidak ada nilai kesehatan dalam praktik sunat perempuan. Maka melakukan hal ini jelas salah 100%.”

Jelaslah. Dalam sunat perempuan tidak ada nilai medis, tak ada tradisi budaya dan juga tak ada kandungan keagamaan. Selain itu, pemerintah Indonesia pun telah ikut meratifikasi pelarangan praktik sunat perempuan pada tahun 2006. Lalu mengapa justru dalam tahun-tahun terakhir ini bahkan lebih banyak ditemukan praktik sunat perempuan di tengah masyarakat? Ketidakmelekan sosial! Ketidakpedulian! Kebencian kepada perempuan! Langkah kemunduran yang diambil oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan adalah usaha untuk melegalkan praktik sunat perempuan dengan cara mengeluarkan himbauan agar praktik ini dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih untuk menghindari efek negatif. Himbauan yang tentu akan membuat orang berpikir bahwa sunat perempuan itu perlu dan penting dilaksanakan.

Maria Ulfah Anshor – seorang penggiat kesetaraan jender – dengan tegas mengatakan, “Saya tidak akan pernah menyarankan untuk melakukan sunat perempuan. Jika semua perempuan disunat, orang percaya bahwa mereka akan menjadi lebih cantik dan tidak liar di tempat tidur sehingga suami mereka akan merasa lebih excited. Namun untuk kaum perempuan sendiri, mereka tidak akan mendapatkan kesenangan sama sekali.”

KESIMPULAN

Bila sunat laki-laki mungkin memiliki keuntungan medis dan disarankan (atau diwajibkan) dari hukum agama – karena tertulis di kitab Kejadian Lama – sunat perempuan tidak memiliki keuntungan medis apa pun untuk perempuan itu sendiri, serta juga tidak disarankan di kitab suci mana pun. Sehingga jelas lah bahwa akar sunat perempuan ini berasal dari kebencian terhadap perempuan yang bermula dari ribuan tahun yang lalu.

GL7 07.34 120612

The English version can be viewed here  

Beberapa komen yang muncul di lapak sebelah, yang bakal digusur tanggal 1 Desember 2012.


rengganiez wrote on Jun 15
Lucunya di Indonesia Kementerian Kesehatan pernah melarang sunat perempuan pada 2006, tapi dianulir pada 2010. Aturan yang plin plan yang menjadi penegas legalisasi sunat perempuan di Indonesia. Pemerintah mengklaim aturan itu dibuat agar perempuan lebih “nyaman” dan higenis. Namun ada yang diabaikan, yakni hak perempuan atas otoritas tubuhnya.
afemaleguest wrote on Jun 15
Lucunya di Indonesia Kementerian Kesehatan pernah melarang sunat perempuan pada 2006, tapi dianulir pada 2010. Aturan yang plin plan yang menjadi penegas legalisasi sunat perempuan di Indonesia. Pemerintah mengklaim aturan itu dibuat agar perempuan lebih “nyaman” dan higenis. Namun ada yang diabaikan, yakni hak perempuan atas otoritas tubuhnya.
Jeng Niez,
ya betul. menyedihkan ya? :'(
rengganiez wrote on Jun 15
Jeng Niez,
ya betul. menyedihkan ya? :'(
ak pernah nulis lama soal ini, tapi untuk urusan kantor...pas nulis itu membayangkan sunatnya udah nyeriiii
afemaleguest wrote on Jun 15
pas nulis itu membayangkan sunatnya udah nyeriiii
aku juga ... perut langsung melilit perih, jantung mendadak berdetak lebih kencang ...
bambangpriantono wrote on Jun 15
Gajiku disunat bulan ini gara2 kebanyakan ijin..:(

*nyambung ora ki?*
afemaleguest wrote on Jun 15
Gajiku disunat bulan ini gara2 kebanyakan ijin..:(

*nyambung ora ki?*
salahmu dewe yen iki :-)
dinantonia wrote on Jun 15
ih ngeri dan merinding bacanya :(
afemaleguest wrote on Jun 15
ih ngeri dan merinding bacanya :(
sama Din :-(
agamfat wrote on Jun 15
laki2 yg menganjurkan sunat perempuan, disunat saja seluruh penisnya
afemaleguest wrote on Jun 15
Agam,
lha kalau yg nyaranin sesama perempuan enaknya diapain ya?
rembulanku wrote on Jun 15
sunat perempuan aku ga bisa membayangkan....

btw, sunat ki bhs inggris opo mbak hehhee
*ga nemu ning kamus jew*
afemaleguest wrote on Jun 15
sunat boso Enggrese 'circumcision' La :-)
onit wrote on Jun 15, edited on Jun 15
di koria jg ada sunat, mbak. tapi trend modern, bawaan dari amrik waktu habis perang sama jepang. sunatnya utk cowo dan dilakukan waktu bayi. apparently it's a christian influence?

http://www.circumstitions.com/Korea.html
agamfat wrote on Jun 16
Jew influence
martoart wrote on Jun 17
Di Afrika sunat perempuan tidak dilakukan dengan memotong klitoris, tapi menjahit hampir sebagian besr labium mayora. Juga tidak untuk menyimbolkan perempuan yang kuat menghadapi alam Afrika, tapi untuk menjaga keperawanan si bocah sampai kelk dinikahkan. Hanya disediakan jalan untuk menstruasi dan kencing, sampai kelak jahitan diuka kembali menjelang malam pertama untuk langsung 'dipakai'. Praktik ini masih berlangsung hingga sekarang. Di Afrika tradisi ini bawaan adat lama, namun pada bbrp wilayah mendapat angin berdasar versi Islam tertentu.

Di Indonesia ada berbagai jenis sunat perempuan. Yang cukup popular adalah yang disebut 'Toreh', yaitu sekadar menorehkan lengkuas, kunyit, atau kencur pada klitoris sebagai satu ritual kedewasaan (sudah tahu sekarang kenapa untuk bocah yg belum dewasa disebut dengan masih bau kencur?). Aku rasa ini cukup aman dan tidak cukup disebut mutilasi. Pada sunat yang cenderung mutilatif ada sedikit pengaruh versi Islam yang kental versi patriarkalnya.
afemaleguest wrote on Jun 19
martoart said
Di Indonesia ada berbagai jenis sunat perempuan. Yang cukup popular adalah yang disebut 'Toreh', yaitu sekadar menorehkan lengkuas, kunyit, atau kencur pada klitoris sebagai satu ritual kedewasaan (sudah tahu sekarang kenapa untuk bocah yg belum dewasa disebut dengan masih bau kencur?). Aku rasa ini cukup aman dan tidak cukup disebut mutilasi. Pada sunat yang cenderung mutilatif ada sedikit pengaruh versi Islam yang kental versi patriarkalnya.
sudah baca file yang bisa diunduh di sini Kang?

http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNACU138.pdf
agamfat wrote on Jun 17
Oooo jadi pedofili yg bikin istilah itu bau kencur ya
martoart wrote on Jun 17
agamfat said
Oooo jadi pedofili yg bikin istilah itu bau kencur ya
nah.. kalo ketemu bau kencur Gam? jangan lanjutkan..