Minggu, Juni 24, 2012

B2w : what on earth is that?



“Dan mimpinya mengajak para biker yang sedang populer di Indonesia untuk tidak hanya bike to work tapi juga bike for public health.” (Cerpen “Cafe Kharqar” dalam buku KumCer “Perempuan Kopi” halm. 119)

“Aku sudah keep contact dengan beberapa perkumpulan biker di Makassar, Kupang, dan Jayapura. ... Dan penambahan kapasitas isu kesehatan masyarakat pada komunitas ini, saatnya para biker akan menjadi relawan kesehatan masyarakat.” (Cerpen “Cafe Kharqar” dalam buku KumCer “Perempuan Kopi” halm. 120)

Aku hanya bisa menyalahkan diri ketika membaca cerpen ini SETELAH menghadiri acara bincang-bincang buku besutan Dewi Nova ini. Jelas terlihat kesalahan memandang dan memahami istilah ‘bike to work’. If only I had read if before attending the Book Discussion, I could have asked DN to explain what she meant by those statements in her short story, “mengajak para biker untuk bike for public health, tidak hanya bike to work.”

Bagi para simpatisan bike to work yang mungkin rajin atau pun hanya sesekali berkunjung ke web b2w Indonesia di B2w Indonesia mungkin pernah membaca postingan Om Poetoet yang diberi judul “Kelirumologi @ b2w-indonesia”. Salah satu point yang dibahas adalah bahwa b2w-Indonesia dianggap sebagai sebuah klub sepeda. Jika kuhubungkan dengan kalimat DN di atas, para “anggota” klub b2w hanya peduli pada bike to work? Dan tidak peduli bike for public health?

B2w bukanlah sebuah klub sepeda; klub biasanya bersifat eksklusif dimana ada ‘prosedur tertentu’ yang harus dilalui oleh seseorang untuk bergabung menjadi anggota. ‘Gerakan’ b2w sebenarnya lebih mengacu ke gerakan moral yang tujuannya adalah ‘menyepedakan masyarakat’ dalam kegiatan mereka sehari-hari. Istilah b2w tidak secara eksklusif berarti ‘bersepeda ke kantor’ – di ‘bawah’ b2w, kita juga memiliki b2c alias bike to campus dan b2s alias bike to school untuk menampung para siswa atau pun mahasiswa yang ingin bergabung dengan b2w namun mungkin merasa bahwa going to school maupun going to campus itu tidak sama dengan going to work.

Maka b2w berarti bersepeda kemana pun kita pergi dalam melaksanakan aktifitas harian kita, tidak hanya bersepeda ke kantor, ke sekolah, maupun ke kampus. Ketika aku naik sepeda ke rumah sakit menengok keponakanku, atau pun ke toko buku, ke rumah makan, dll, semua kegiatan itu – selama aku tetap naik sepeda – bisa diakukan sebagai kegiatan b2w.

RELAWAN

Berbicara tentang relawan, semua ‘pengurus’ di komunitas b2w mana pun adalah relawan. Ketika kita mengadakan event apa pun, tak satu pun dari kita mendapatkan bayaran, keluar duit dari kantong pribadi jelas mungkin banget. ‘Bayaran’ yang mungkin setimpal adalah mendapatkan kepuasan berkumpul bersama para simpatisan b2w, mendapatkan teman yang lebih banyak, mereka yang care pada lingkungan.

Relawan kesehatan masyarakat? (seperti yang ditulis oleh DN dalam cerpennya)
Ini berarti mereka yang bekerja untuk kesehatan masyarakat melakukannya dengan bersepeda. :)
 
Dalam kesimpulan tulisannya Om Poetoet menulis bahwa b2w adalah gerakan moral yang lahir dari keprihatinan akan kemacetan, pemborosan energi dan meningkatnya polusi yang akan berakibat pada degradasi kecerdasan dan mental manusia. Jika ‘keprihatinan akan kemacetan’ ditulis di urutan pertama tentu karena Om Poetoet bertempat tinggal di daerah yang tingkat kemacetannya cukup tinggi. Aku tinggal di Semarang yang macetnya tak seberapa sehingga aku tidak menempatkan masalah kemacetan pada alasan pertama untuk berbike-to-work, melainkan mengurangi ketergantungan pada BBM.

Dikarenakan b2w merupakan gerakan moral – meski memiliki struktur organisasi untuk memudahkan melaksanakan event-event untuk lebih memasyarakatkan b2w ketika meminta sponsor ke instansi-instansi terkait misalnya – maka keanggotaan pun bersifat cair. Tak ada syarat tertentu yang HARUS dilakukan oleh seseorang jika dia ingin bergabung bersama Komunitas b2w. Jika di awal berdirinya b2w Semarang dulu ada penjualan starter pack – berisi bike tag dan sticker – itu hanya dalam rangka mencari dana untuk melakukan beberapa event yang pernah kita adakan.

Siapa pun yang peduli pada lingkungan dengan mengurangi ketergantungan pada penggunaan kendaraan bermotor dan menggunakan sepeda sebagai moda transportasi dalam kegiatan sehari-hari – yang artinya bersepeda tidak hanya karena ada event funbike maupun bersepeda di akhir pekan saja  -- bisa dikategorikan sebagai seorang bike-to-worker, tidak penting apakah dia menggantungkan bike tag atau tidak di bawah sadel sepedanya. :)
 
Mari bersepeda kawan, demi kesehatan pribadi maupun kesehatan masyarakat, demi menghemat penggunaan BBM untuk kelangsungan hidup anak cucu kita di masa datang, agar bumi kian hijau.

Salam gowes forever!
Nana Podungge
Praktisi b2w
PT56 22.30 240612

Tulisan Om Poetoet bisa dibaca di link ini. :) 

Beberapa komen yang muncul di lapak sebelah, yang harus kuungsikan kesini. 

orangjava wrote on Jun 25
Kalau disini artinya sepeda motoran....
kalau bersepedahan disini FF Fahrradfahrer....
afemaleguest wrote on Jun 25
orangjava said
Kalau disini artinya sepeda motoran....
kalau bersepedahan disini FF Fahrradfahrer....
kata 'biker' memang sebenarnya lebih mengacu ke mereka yg naik motor besar, sebangsa HD, tapi kalo istilah bike-to-work ya berarti mereka yang naik sepeda (bukan motor) ke tempat mereka beraktifitas
martoart wrote on Jun 25
ya, kenapa g pake istilah cyclist? lebih satu arti. dan deket dengan 'Sikil' alat utama manusia biar sepeda bisa gerak.
afemaleguest wrote on Jun 25
martoart said
ya, kenapa g pake istilah cyclist? lebih satu arti. dan deket dengan 'Sikil' alat utama manusia biar sepeda bisa gerak.
istilah 'bike-to-work' nampaknya adalah istilah yang telah mendunia Kang, yang memang dimaksudkan ke mereka yang bersepeda ke tempat mereka beraktifitas. para praktisi bike-to-work, sepertiku, biasanya disebut sebagai 'b2wer' alias bike-to-worker

dari sini saja bisa dikatakan bahwa apa yang ditulis oleh Dewi Nova (beberapa kalimat yang kukutip dari cerpen DN) itu sudah salah, karena dia menyebut 'biker'.

aku lebih menggunakan istilah 'b2wer, atau cyclist untuk diri sendiri.
onit wrote on Jun 25
mbak.. aku bbrp hari yg lalu pas lagi nyepeda ke kantor ada motor di depanku yg ngegas2 gitu.. uhuk uhuk batuk berat.. dah gitu dia kayak sengajain pelan2 (biasa di sini anak 16thn baru boleh naik motor jadi suka show off) di depanku.. dan aku terus uhuk2..

jadi bayangin.. kalo nyepeda di semarang (dan kota2 lain tentunya) motor yg pelan2 di depan kita kan gak cuma satu, tapi banyak.. mbak nana udah terbiasa kah?
afemaleguest wrote on Jun 25
onit said
mbak.. aku bbrp hari yg lalu pas lagi nyepeda ke kantor ada motor di depanku yg ngegas2 gitu.. uhuk uhuk batuk berat.. dah gitu dia kayak sengajain pelan2 (biasa di sini anak 16thn baru boleh naik motor jadi suka show off) di depanku.. dan aku terus uhuk2..

jadi bayangin.. kalo nyepeda di semarang (dan kota2 lain tentunya) motor yg pelan2 di depan kita kan gak cuma satu, tapi banyak.. mbak nana udah terbiasa kah?
Onit,
kalau perjalanan jauh -- misal antar kota -- aku memang selalu menggunakan masker, tapi kalau hanya ke kantor, engga sih. dan so far, aku oke-oke aja tuh, ga sampe uhuk-uhuk.

catatan, jika harus berhenti di traffic light, aku akan berada di depan baris terdepan, jadi ga perlu menghirup asap yang keluar dari knalpot
onit wrote on Jun 25

Mari bersepeda kawan, demi kesehatan pribadi maupun kesehatan masyarakat, demi menghemat penggunaan BBM
maunya ngutip ini hehe.. utk komenku sblmnya..

krn gimana kalo mau sehat tapi banyak polusi?

ada masker kah?
afemaleguest wrote on Jun 25
onit said
maunya ngutip ini hehe.. utk komenku sblmnya..

krn gimana kalo mau sehat tapi banyak polusi?

ada masker kah?
yang aku maksud sebagai 'kesehatan pribadi dan kesehatan masyarakat' memang masih utopis, yakni ketika lebih banyak orang yang bersepeda dari pada naik kendaraan bermotor.

tapi aku pernah membaca tulisan seorang dokter yang mengatakan meski kita menghirup udara yang terpolusi, namun karena di jalan kita terus bergerak, maka udara yang masuk ke jantung pun terfilter dengan sendirinya. :)
rembulanku wrote on Jun 25
lanjot terus mbak Nana :D
ga juga fun tapi menyehatkan
bukan cuman buat b2wer thok tapi juga buat yang lain
*pan ga pake polusi* hehehhe
afemaleguest wrote on Jun 26
lanjot terus mbak Nana :D
ga juga fun tapi menyehatkan
bukan cuman buat b2wer thok tapi juga buat yang lain
*pan ga pake polusi* hehehhe
hari-hari terakhir ini keponakanku masuk rumah sakit, aku njenguk setiap hari naik sepeda, ternyata gratis ga bayar parkir, lha kalo parkir sepeda motor, satu jam seribu rupiah je, padahal aku nungguin adikku -- yang nungguin anaknya -- sehari bisa sepuluh jam, lumayan ngirit sepuluh ribu rupiah sehari

hehehehe
onit wrote on Jun 26
hari-hari terakhir ini keponakanku masuk rumah sakit, aku njenguk setiap hari naik sepeda, ternyata gratis ga bayar parkir, lha kalo parkir sepeda motor, satu jam seribu rupiah je, padahal aku nungguin adikku -- yang nungguin anaknya -- sehari bisa sepuluh jam, lumayan ngirit sepuluh ribu rupiah sehari

hehehehe
hehe.. di mana2 parkir sepeda gratis ya mbak..
di sini juga, biarpun sepeda udah bejibun bun bun.. tetep aja gratis. bahkan yg pake secure lock pun. di pusat kota pun gratis.. sementara parkir mobil mahal bgt, 10euro itu belum seharian lho -_-;;

yg bayar cuma locker sepeda di stasiun, buat org yg bener2 pengen merasa aman dari pencurian. jadi kayak lemari2 gede gitu, ada kuncinya, sepedanya dimasukin. tapi maklum lah bayar. kan locker koper/tas juga pada bayar :)
afemaleguest wrote on Jun 27
onit said
hehe.. di mana2 parkir sepeda gratis ya mbak..
di sini juga, biarpun sepeda udah bejibun bun bun.. tetep aja gratis. bahkan yg pake secure lock pun. di pusat kota pun gratis.. sementara parkir mobil mahal bgt, 10euro itu belum seharian lho -_-;;

yg bayar cuma locker sepeda di stasiun, buat org yg bener2 pengen merasa aman dari pencurian. jadi kayak lemari2 gede gitu, ada kuncinya, sepedanya dimasukin. tapi maklum lah bayar. kan locker koper/tas juga pada bayar :)
engga semua gratis sih, misal ke Gramed Pandanaran, Supermarket ADA, tetap bayar :)

tapi itu ide bagus juga jika memberlakukan parkir mobil mahal banget, biar orang berpikir dua kali untuk naik mobil ke tempat-tempat umum, meski mungkin ga akan terlalu ngaruh :) secara, orang yang naik mobil kan biasanya kaya, ga keberatan kali bayar parkir mahal, hehehe ...

btw, sebenarnya para cyclist sepertiku ga keberatan sih bayar parkir, asal perlakuannya pun oke. kadang karena kita parkir ga bayar, para tukang parkir sok banget, memperlakukan kita seenak udelnya sendiri :'(
onit wrote on Jun 27
btw, sebenarnya para cyclist sepertiku ga keberatan sih bayar parkir, asal perlakuannya pun oke. kadang karena kita parkir ga bayar, para tukang parkir sok banget, memperlakukan kita seenak udelnya sendiri :'(
*manggut2* memperlakukannya gimana? contoh?

iya sih di sini gak ada tukang parkir. yg ada cuma satpam yg tugasnya menjaga dari maling aja..
afemaleguest wrote on Jun 27
contoh:
beberapa tahun yg lalu pertama kali aku ke ADA naik sepeda, waktu masuk tempat parkir, dengan ketus si tukang parkir bilang, "sepeda ga boleh masuk! taruh saja di situ!'" sambil nunjuk satu tempat yg tidak buat parkir.

beberapa minggu/bulan kemudian aku ke ADA lagi naik sepeda, kali ini si tukang parkir dengan nada ketus bilang, "kalau mau masuk tempat parkir, harus bayar!"

"ya iyalah aku juga mau bayar!" jawabku.

kemudian si tukang parkir tiba2 menjadi ramah.

:-D
onit wrote on Jun 27
"ya iyalah aku juga mau bayar!" jawabku.

kemudian si tukang parkir tiba2 menjadi ramah.

:-D
huehehe.. ntar kalo ada yg ke situ pake sepeda harga 15jt gimana yak? :p
afemaleguest wrote on Jun 28
menurutku masih banyak orang ga tahu kalo harga sepeda bisa lebih mahal dari motor bahkan mobil
hahaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar