Jumat, November 05, 2010

Merapi Meletus ...


Tadi pagi, tergelitik dengan sebuah status seseorang yang kebetulan berada di list FB-ku, aku menulis komentar seperti berikut ini:

hai manusia
tak sadarkah kau aku murka
karena perlakuanmu pada alam?

jangan salahkan aku untuk terus semburkan...
semua yang penuhsesaki perut bumi
kerna salahmu sendiri

maka
diamlah kau sekarang!

*merapi bersuara mewakili diri sendiri*

Status yang kukomentari menulis tentang sesuatu yang secara singkat memberi instruksi agar Merapi diam, alias berhenti meletus. Aku membacanya sebagai seorang manusia yang terdengar arogan untuk memerintahkan Merapi berhenti meletus. Itu sebab aku menulis komen seperti yang kutulis di atas.

Jawaban si pemilik status baru membuatku 'ngeh' bahwa dia menulis status tersebut sebagai sang Pencipta. dia menulis begini:

nana......mari kita flashback.
manusia diciptakan menjadi apa?
dan mahluk diciptakan menjadi apa?

...bahkan malaikat pun pernah bersujud.
merapi itu ladang syaitan kesesatan. karenanya, banyak timbul kemusyrikan

MERAPI. diam kau!

keren kan dia? bisa membaca kata Penciptanya? ck ck ck ck ... (atau bukannya sebenarnya dia seperti yang kutulis di sebuah note yang kuberi judul DOA, bahwa dalam berdoa manusia cenderung mendikte Tuhannya!) dia beranggapan bahwa sang Pencipta memiliki cara berpikir seperti makhluk ciptaanNya? dan dia pun lupa salah satu 'sifat Tuhan' adalah "mukhalafatul lilhawaditsi" => Allah itu tidak serupa dengan makhlukNya.

Manusia dan alam sama sama makhluk ciptaanNya (bagi yang percaya adanya Tuhan tentu saja). Namun konon karena kita adalah makhluk ciptaan yang paling unggul ~ dikarenakan kita dikaruniai akal pikiran ~ pun merasa layak memperlakukan alam semaunya. Sejak manusia dengan akalnya mampu menciptakan benda-benda, dia pun tak pelak telah merusak alam semesta (misal kendaraan bermotor telah menyebabkan polusi udara yang kian parah dari tahun ke tahun.)

Sementara itu, para pakar lingkungan percaya bahwa alam memiliki sifatnya sendiri untuk berkomunikasi, sekaligus untuk menyembuhkan diri.

Dan Merapi meletus adalah salah satu caranya berkomunikasi kepada kita, sesama makhluk Tuhan, bahwa alam yang telah rusak ini (siapa lagi yang merusaknya kalau bukan manusia?) perlu melakukan sesuatu untuk menyembuhkan diri. NATURE HAS ITS OWN AMAZING WAY TO HEAL ITSELF, meski butuh waktu yang tidak sebentar.

Sehingga, bagaimana mungkin kita menuduh Tuhan murka ke kita?
Mari kita perlakukan alam dengan bersahabat.

---------- ---------- ----------
PT56 22.22 051110

P.S.
Sedikit coretan tentang kegundahan dan keprihatinan. :-(

2 komentar:

  1. setuju mbak, manusia skrg srg saling menghujat, tdk bs lg dikasih tau dg kata2, jd alam skrg yang bicara

    BalasHapus
  2. Indah,
    betul betul betul ...
    btw, Jekpit sempat dikirim ke kamp pengungsian di Boyolali untuk meliput ya?
    lucky him, bisa meihat dari dekat, wish I could ...

    BalasHapus